![]() |
10 Tahun telah berlalu. Nampak rumah warga dipenuhi sampah, lumpur dan perahu. |
Anak : Ma, tu aer kuala so nae. Skarang so maso pa torang pe rumah.
Mamanya : Jang ba ganggu kwa, Ma masih da bermain kartu ini, somo ciki.....Klu aer kuala nae itu so biasa...
(Dengan wajah kecewa, anak itu kembali ke rumah untuk melihat kondisi rumah..Dan betapa kagetnya, ketika dia melihat bahwa dapur rumahnya telah hanyut terbawa air sungai... diapun berlari keluar rumah dan berteriak kepada Mamanya..
Anak : Ma, tu dapur so anyor...!!!!###
Mamanya : Jang baku sedu kwa,..!!!
Anak : Klu Ma nda percaya lia sandiri jo...####
Ketika Mamanya hendak bergegas utuk melihat apakah betul apa yang disampaikan oleh Anaknya, tiba-tiba Air sungai sudah masuk ke pemukiman warga lain. Bahkan, sudah ada beberapa rumah warga yang hanyut terseret air sungai...
Sambil berteriak Mamanya memeluk Anak itu dan dengan perasaan yang tidak menentu serta disertai derai air mata, dirinya hanya terpaku melihat rumah mereka hanyut terseret arus sungai..
Anak : Apa kwa Ma, qt kwa so bilang tu aer kuala so nae, Ma cuma pandang enteng..Ma cuma bilang itu kwa so biasa...Skarang torang mo tinggal dimana, karna tu rumah aer so bawa....####??????
Mamanya : Lebe bae skarang torang lari, supaya torang lei nda mo anyor...Soal rumah, jangan dulu dipikirkan yang penting torang slamat...
Inilah sepenggal cerita pendek yang berkembang ketika peristiwa yang meluluh lantakan Desa Ranowangko - Tanawangko Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa, 13 Februari 2006 silam.
"Kami keluarga tidak menyangka pada hari itu akan terjadi peristiwa tersebut. Tak terasa sudah 10 tahun waktu berlalu, namun momentum hari itu disaat air sungai mulai meluap dengan derasnya dan menghantam rumah yang kami tinggal, masih menghantui hingga saat ini. Beruntung kami sekeluarga masih selamat, meskipun rumah beserta isinya lenyap terbawa air sungai entah kemana. Kami yakin dan percaya bahwa ini semua adalah berkat campur tangan dari Tuhan, sehingga kami masih hidup hingga saat ini," ujar Jantje B kepada Manado Update.Com, Sabtu (13/02/2016).
Lanjutnya lagi, beruntung kejadian waktu itu terjadi belum terlalu malam, masih sekitar pukul 19.00 Wita.
"Jika kejadian itu terjadi kira-kira tengah malam, bukan tidak mungkin banyak korban jiwa. Dan tidak tertutup kemungkinan juga keluarga kami akan menjadi korban, jika dilihat dari kondisi rumah yang hanyut," ungkapnya dengan wajah sedih, sembari memberikan apresiasi kepada Pemerintah yang memberikan ganti rugi kepada warga yang kehilangan rumah.
Diketahui, peristiwa banjir Bandang yang melanda Desa Ranowangko Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa, 13 Februari 2006 silam menelan 4 korban jiwa yakni 1 orang meninggal dunia, sedangkan 3 orang lainnya dinyatakan hilang hingga saat ini. Sementara itu ratusan Kepala Keluarga (KK) kehilangan tempat tinggal. Ironisnya, 1 orang warga yang ikut terseret arus sungai, ditemukan selamat oleh nelayan meskipun sudah beberapa hari terombang ambing di lautan tanpa makan. (john)
Social Plugin