![]() |
Ketua DPRD Sulut bersama para Wakil Ketua saat menyerahkan Proposal pemekaran. |
Lembaga yang seharusnya pro rakyat tapi pada prakteknya ternyata keberpihakan itu lebih mengarah pada pribadi ataupun partai.
Seperti dikatakan Pengamat politik dan pemerintahan, Taufik Tumbelaka.
Dimana Ia menilai kinerja buruk di Lembaga legislative karena tugas pokok dan fungsi DPRD gagal total.
“Dilembaga legislative ada tiga fungsi dewan yaitu pengawasan, pengaggaran dan legislasi. Ke tiga fungsi ini tidak dijalankan secara maksimal sehingga hasil akhirnya tidak bagus. Masyarakat awampun dapat menilai,” terang tumbelaka.
Dalam menjalankan fungsi pengawasan, DPRD terkesan penakut. Apalagi fungsi penganggaran yang terilhat selalu ‘pasrah’ kepada eksekutif.
“Pengadaan SPBU bagi pemprop yang nyata-nyata sudah ditolak komisi II pada RAPBD tapi faktanya masuk dalam buku APBD,” bebernya. Pun dengan fungsi legislate, kata Tumbelaka yang hingga sekarang ini tak ada satupun perda inisiatif yang ‘ditelorkan’ DPRD. Apalagi alat kelengkapan dewan lainnya.
“Yang jadi pertanyaan sekarang ini apalagi yang dapat di andalakan masyarakat kepada lembaga legislative ini,” ungkapnya.
Selain itu, Tumbelaka juga menyorot kepemimpinan di DPRD Sulut. Seperti Politisi Partai Golkar, Meiva Salindeho Lintang, yang mempunyai peranan penting di lembaga politik.
“Sistim kolektif kolegial seharusnya jalan, bukan dimonopoli Ketuanya saja. Semisal undangan hearing saja harus ditandatangani oleh Ketua DPRD.
Pada DPRD periode-periode sebelumnya bisa di-handle oleh Wakil ketua DPRD,” tandas mereka.
Ditambah lagi dengan keterlambatan pembahasan pergeseran anggaran yang ternyata drafnya sudah lama diterima Ketua Dewan.
“Ketua itu posisinya bukan Kepala atau Big Boss. Ia (Ketua) seharusnya sebagai coordinator yang bisa mengkoordinasikan dengan semua pimpinan DPRDdan anggota dalam menjalankan tupoksi dewan,” tambahnya.
Ketua DPRD Sulut, Meiva Salindeho Lintang sendiri saat dikonfirmasi enggan memberikan menanggapinya karena dianggap isu murahan.
“Yang ngomong justru perlu koreksi diri. Saya lebih enak bicara masalah Pilkada Sitaro dari pada tanggapi isu murahan.
Rakyat nda bodoh menilai kinerja saya,” jawab Meiva lewat pesan singkatnya kepada wartawan.
Penulis: RM
Editor: Redaksi
Social Plugin